UNIVERSITAS GUNADARMA

Minggu, 09 Juni 2013

Ketidakpastian BBM Yang Merugikan

Pemerintah perlu segera mengambil keputusan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Harga BBM yang tak kunjung naik akan terus membebani pemerintah dan masyarakat. Keputusan kenaikan harga BBM diperkirakan terbit pekan depan.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik memastikan harga BBM naik, namun tanggal kenaikan belum dipastikan. Premium rencananya naik dari Rp 4.500 per liter menjadi Rp 6.500 dan solar dari Rp 4.500 menjadi Rp 5.500. Tingkat inflasi diperkirakan mencapai 7,2 persen. Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar mengatakan, harga BBM harus segera naik dalam waktu dekat karena pada Juli mendatang terdapat tahun ajaran baru dan Ramadhan yang bisa membuat dampak kenaikan harga BBM makin memberatkan masyarakat.

Pemerintah segera menaikkan harga BBM apabila paket kompensasi yang diajukan dalam RAPBNP 2013 disetujui oleh DPR. Masa pembahasan RAPBNP diperkirakan berlangsung selama satu bulan sejak pemerintah mengajukannya pada 17 Mei lalu, sehingga RAPBNP diharapkan tuntas pada 17 Juni. Namun, bukan berarti harga BBM naik pada tanggal itu.

"BBM naik atau tidak naik itu sudah bukan isu lagi, itu semua sudah paham, kita harus melakukan itu. Yang penting masyarakat kita bantu. Kasihan kalau nggak ada itu (kompensasi) kan," kata Menko Perekonomian Hatta Rajasa. Hatta menilai wajar ada fraksi yang menolak kenaikan harga itu, tapi jangan sampai politik di DPR jadi panas.

Sekretaris Fraksi PKS Abdul Hakim mengingatkan, keputusan kenaikan harga BBM itu hak pemerintah, namun penentunya ada di DPR terkait dengan pembahasan RAPBNP. Terkait sikap PKS yang menolak kenaikan harga BBM, Abdul mengatakan, pihaknya tetap melihat perkembangan di Setgab.

Dalam persoalan subsidi Bahan Bakar Minyak saat ini, tentu banyak anggota masyarakat menghendaki agar harganya tidak dinaikkan, sebab itu akan dirasa memberatkan bagi mereka. Dalam konteks ini, sangat wajar bila Pemeritahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menimang-nimang berbagai opsi yang akan diputuskan. Namun, Presiden juga harus menjelaskan bahwa keinginan sebagian anggota masyarakat tersebut, tidak sejalan dengan kepentingan Negara. Ada kepentingan yang lebih besar, sehingga harga BBM dinaikkan. Sayangnya, pemerintah tidak menjelaskan masalah tersebut secara tuntas kepada khalayak. Bahkan kondisi yang disampaikan kepada publik pun terkesan tidak komprehensif.

Akibatnya, publik dibuat bingung dan bertanya-tanya soal keputusan tersebut. Belum lagi opsi yang akan disampaikan kepada publik, sering berbeda-beda. Sepertinya, baru sebatas pemikiran di otak, sudah disampaikan kepada meda massa. Dan hal itu dilakukan oleh banyak pejabat. Kondisi ini jelas tidak memberi manfaat bagi rakyat. Bahayanya, bila Presiden SBY selalu bimbang, maka masyarakat pun akhirnya mengalami ketidakpastian. Situasi ketidakpastian, kadang sangat mudah dimanfaatkan oleh oknum tertentu yang ingin menciptakan instabilitas. Ini yang lebih berbahaya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar