UNIVERSITAS GUNADARMA

Selasa, 07 Mei 2013

Penyebab Konflik Korea Utara dan Selatan

Dalam beberapa waktu terakhir dikabarkan bahwa hubungan Korea Utara dan Korea Selatan memanas akibat konflik yang baru-baru ini terjadi. Ada yang bahkan menduga bahwa perang dunia ketiga akan segera terjadi karena masing-masing kubu Korea punya pihak “di belakang layar” yang saling memberi dorongan. Ada Amerika Serikat dan sekutu di belakang Korea Selatan dan Cina serta negara anti-AS lainnya di belakang Korea Utara. Sebenarnya apa yang membuat hubungan kedua negara yang terpecah tersebut menjadi memanas di pertengahan tahun 2013 ini?
Awalnya, Korea Utara di bawah pemimpin baru Kim Jong-un memang memulai konflik dengan memprovokasi negara tetangga tersebut. Provokasi yang dilakukan merupakan serangan artileri ke Korea Selatan yang pada akhirnya membuat suasana di kawasan tersebut kembali tegang secara mendadak.
Sekitar pukul 15.00 waktu Korea, atau 13.00 WIB, Korea Utara tiba-tiba menembakkan artileri ke arah Pulau Yeonpyeong, Korea Selatan. Tak lama kemudian, saksi mata melihat bangunan-bangunan di pulau itu terkena serangan bombardir.
Api kemudian langsung membara. Saksi mata mengatakan 60-70 rumah di Yeonpyeong terbakar akibat serangan artileri tersebut. Hal ini yang menimbulkan respon panas dari Korea Selatan. Persiapan dilakukan, yang termasuk di dalamnya adalah wajib militer, guna mempersiapkan diri dalam kemungkinan terjadinya perang di antara kedua belah pihak. Korea Selatan bahkan menggandeng Amerika Serikat untuk berlatih militer.
Sekitar 10 menit kemudian setelah tembakan artileri di pulau Yeonpyeong tersebut, Korea Selatan langsung membalas serangan artileri terhadap tetangganya. Kedua pihak saling balas bombardir. Sementara saksi mata mengatakan warga Yeonpyeong dievakuasi ke dalam bungker.
Artileri Korea Utara pun berhasil melumpuhkan sumber tenaga listrik di Pulau Yeonpyeong serta dua warga dilaporkan terluka. Asap mulai mengepul tinggi dari rumah-rumah warga. Pihak militer Korea Selatan langsung menyatakan status siaga tinggi.
Kebakaran yang terjadi pun semakin meluas di Pulau Yeonpyeong. Beberapa rumah runtuh setelah terbakar hebat. Jet tempur Korea Selatan langsung diterbangkan ke lokasi tembakan artileri tersebut. Diperkirakan sudah sekitar 200 peluru artileri menghantam pulau itu.
Pemerintah Korea Selatan langsung menggelar rapat mendadak. Mereka mengatakan akan mengambil tindakan tegas jika Korea Utara melanjutkan provokasi. Di sisi lain, Presiden Korea Selatan, Lee Myung-bak, menyerukan upaya untuk meredam aksi saling tembak.
Satu jam berlalu atau sekitar pukul 16.00 waktu Korea, pihak Korea Selatan menyerukan penghentian aksi saling bombardir. Warga Pulau Yeonpyeong mulau diungsikan ke luar pulau dengan perahu nelayan.
Perang bombardir berhenti. Militer Korea Selatan mengumumkan satu tentara tewas, 13 luka-luka termasuk 3 orang luka berat.
Menurut pandangan saya, provokasi tersebut dilakukan atas dasar pembuktian semata dari sang pemimpin baru Kim Jong-un. Sebagai pemimpin baru tentu haus akan image yang bisa menaikkan statusnya sebagai pemimpin sebuah negara yang tergolong komunis tersebut. Kim Jong-un merupakan anak termuda dari pemimpin Korea Utara yang sebelumnya, Kim Jong-il. Sebagai anak termuda yang dalam mindset umum dianggap manja, pembuktian dari provokasi tersebut bisa menaikkan image-nya sebagai negara. Pemimpin yang beranilah yang pada umumnya dikenal oleh masyarakatnya, untuk itu provokasi tersebut dilakukan hanya untuk membuktikan bahwa dia merupakan pemimpin yang berani. Itu saja menurut saya.
Tidak tertutup kemungkinan adanya dorongan dari tetua-tetua senior Korea Utara yang juga berfungsi sebagai penasehat pemimpin. Banyak sekali asumsi yang muncul dari provokasi tersebut. Tetapi mari kita duduk tenang sembari menunggu kejadian apa yang selanjutnya terjadi dari aksi saling provokasi tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar