Ini bukanlah pertanyaan dengan pilihan banyak menurut saya,
semua orang pasti hampir diatas 95% dengan satu jawaban yaitu tidak. Dengan
dasar teknologi terjun ke olahraga ? ya bukanlah kita yang menentukan takdir
dari seseorang, kita juga tidak dapat menduga teman kita yang dulunya pemalas
atau anak yang bermasalah sekarang menjadi bos besar di sebuah perusahaan atau
direktur utama dari sebuah bank. Namun bukanlah dari segi takdir kita lihat,
semua orang meraih kesuksesan dengan cara yang tidak mudah apapun masa lalu
mereka. Pertanyaannya adalah apakah Roy Suryo seorang mentri teknologi yang
benar hebatnya ? jika memang iya bukanlah tidak mungkin dia membelokkan stir
sangat jauh dari jalan apa yang Ia tempuh dulu.
Roy Suryo yang ketika diwawancara selepas bertemu presiden mengaku “posisi ini di luar kompetensi saya dan masyarakat memiliki very low low expectation kepada saya” bukannya tidak layak sama sekali menjadi Menpora. Roy Suryo bisa memanfaatkan keahliannya selama ini: membedakan foto porno asli atau palsu.
Di tengah konflik PSSI vs KPSI yang tidak berujung ini kita bisa berharap Roy Suryo bisa menilai mana surat/dokumen palsu dari FIFA, menilai mana kongres dan anggota yang resmi/palsu, juga kubu mana yang memiliki niat murni/palsu dalam memajukan prestasi sepakbola Indonesia.
Harapan lain yang bisa kita gantungkan kepada Roy Suryo adalah munculnya Pelatnas Digital. Di tengah situasi lapangan olahraga yang tergusur untuk dibangun hunian, generasi muda bangsa ini lebih akrab dengan konsol game ketimbang permainan luar ruang.
Daripada sibuk memperjuangkan keberadaan lapangan olahraga (ruang terbuka hijau saja nasibnya tidak jelas) lebih baik fokus memanfaatkan potensi yang ada. Banyaknya jumlah warnet dan game center di Indonesia bisa menjadi tambang emas munculnya jagoan-jagoan Pro Evolution Soccer, Counter Strike atau Warcraft DOTA.
Tepat atau tidaknya kita tidak bisa melihat secara cepat, karena semua butuh proses. Tapi kita semua berharap Bapak Roy Suryo dapat mendamaikan kedua piha(PSSI vs KPSI) yang sedang memanas saat ini.
Roy Suryo yang ketika diwawancara selepas bertemu presiden mengaku “posisi ini di luar kompetensi saya dan masyarakat memiliki very low low expectation kepada saya” bukannya tidak layak sama sekali menjadi Menpora. Roy Suryo bisa memanfaatkan keahliannya selama ini: membedakan foto porno asli atau palsu.
Di tengah konflik PSSI vs KPSI yang tidak berujung ini kita bisa berharap Roy Suryo bisa menilai mana surat/dokumen palsu dari FIFA, menilai mana kongres dan anggota yang resmi/palsu, juga kubu mana yang memiliki niat murni/palsu dalam memajukan prestasi sepakbola Indonesia.
Harapan lain yang bisa kita gantungkan kepada Roy Suryo adalah munculnya Pelatnas Digital. Di tengah situasi lapangan olahraga yang tergusur untuk dibangun hunian, generasi muda bangsa ini lebih akrab dengan konsol game ketimbang permainan luar ruang.
Daripada sibuk memperjuangkan keberadaan lapangan olahraga (ruang terbuka hijau saja nasibnya tidak jelas) lebih baik fokus memanfaatkan potensi yang ada. Banyaknya jumlah warnet dan game center di Indonesia bisa menjadi tambang emas munculnya jagoan-jagoan Pro Evolution Soccer, Counter Strike atau Warcraft DOTA.
Tepat atau tidaknya kita tidak bisa melihat secara cepat, karena semua butuh proses. Tapi kita semua berharap Bapak Roy Suryo dapat mendamaikan kedua piha(PSSI vs KPSI) yang sedang memanas saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar